Lampung Tengah – Harapan baru bagi petani singkong Lampung kian terbuka. Pemerintah pusat berencana membangun pabrik tapioka milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Lampung Tengah dalam waktu dekat. Rencana itu mengemuka usai Bupati Lampung Tengah, Ardito Wijaya, bertemu langsung dengan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman di Jakarta, pekan lalu.
Ardito mengaku pertemuan tersebut berawal dari langkah “nekat”-nya mempresentasikan krisis harga singkong yang tengah melanda daerahnya. “Saya kemarin iseng, nekat presentasi ke Pak Menteri,” ujar Ardito kepada Radar Lampung, Selasa (16/9/2025). Respons Amran justru di luar dugaan: cepat, tajam, dan langsung menindaklanjuti dengan menelepon pejabat Kementerian BUMN.
Ketertarikan sang menteri muncul setelah Ardito menyebut pembangunan satu pabrik pengolahan singkong hanya membutuhkan dana sekitar Rp200 miliar. “Berapa banyak petani yang nanam singkong?” tanya Amran. “Enam ratus ribu keluarga, Pak Menteri,” jawab Ardito lugas. Mendengar itu, Amran pun meminta segera dipertimbangkan pendirian pabrik tapioka BUMN sebagai solusi jangka panjang.
Langkah ini dinilai mendesak di tengah carut-marut harga singkong. Dalam beberapa bulan terakhir, harga singkong sempat anjlok hingga Rp950 per kilogram—jauh di bawah ongkos produksi dan di bawah harga minimal yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp1.350 per kilogram. Kondisi makin pelik karena petani masih harus menanggung potongan kualitas (rafaksi) hingga 40 persen.
Pabrik-pabrik swasta kerap dituding semaunya menetapkan kadar aci dan potongan harga. Padahal Pemerintah Provinsi Lampung telah mengeluarkan instruksi tentang harga dasar dan batas potongan maksimal. Dari 52 pabrik di provinsi ini, 49 mengaku mematuhi kebijakan tersebut, sementara sisanya tetap membeli di bawah harga resmi dengan dalih mutu tidak sesuai standar.
Menurut Ardito, kehadiran pabrik milik negara akan menjadi jangkar harga sekaligus alat kontrol pasar, sehingga petani memperoleh kepastian harga dan posisi tawar yang lebih kuat. “Dengan harga stabil, petani tidak lagi tertekan,” tegasnya.
Apalagi, singkong Lampung selama ini menjadi penopang utama industri tapioka nasional. Di Lampung Tengah saja, terdapat sekitar 600 ribu keluarga petani singkong. Jika dihitung se-provinsi, jumlahnya menembus lebih dari satu juta orang.
Ardito optimistis pabrik BUMN akan menjadi penyeimbang dominasi swasta sekaligus penyelamat ekonomi petani. Kini, ia tinggal menunggu langkah konkret dari Kementerian BUMN untuk merealisasikan rencana strategis tersebut.
