Ketidakadilan Fiskal Jadi Akar Masalah
Sejumlah kebijakan fiskal dinilai menjadi pemicu utama keresahan. Pajak daerah melonjak, PPN dinaikkan, hingga berbagai retribusi ditetapkan tanpa transparansi. Namun, peningkatan beban itu tidak sebanding dengan kualitas pelayanan publik.
“Negara terasa semakin mahal, sementara hidup rakyat semakin murah nilainya,” demikian suara protes yang bergema di kalangan masyarakat bawah.
Pemicu Psikologis: Joget di DPR & Komentar Kontroversial
Kemarahan kian memuncak ketika publik melihat anggota DPR berjoget di gedung parlemen dalam suasana euforia kenaikan gaji. Bagi rakyat yang tengah berjuang dengan harga kebutuhan pokok, tontonan itu menjadi simbol ketidakpekaan elit.
Lebih jauh, sebuah pernyataan dari seorang anggota DPR yang menyebut “bubarkan DPR itu orang tolol sedunia” menyalakan api amarah. “Rakyat bisa menahan lapar, tapi tidak bisa menerima penghinaan,” kata seorang mahasiswa yang turut turun ke jalan.
Ledakan Emosi: Tewasnya Driver Ojol
Tragedi meninggalnya seorang driver ojek online yang tertabrak kendaraan taktis Polri menjadi titik balik. Ratusan warga mengiringi jenazahnya bukan hanya sebagai tanda duka, tetapi sebagai simbol perlawanan rakyat pekerja keras yang merasa selalu dipinggirkan.
Pelukan Kapolri kepada ayah korban tak mampu meredam emosi publik. “Pelukan itu datang terlambat,” ucap seorang pengantar jenazah dengan nada getir.
Lebih dari Sekadar Ekonomi
Kemarahan rakyat kini melampaui isu kenaikan pajak. Mereka menilai sistem politik terlalu lama abai terhadap suara publik. Korupsi masih marak, pejabat hidup mewah, sementara UU Perampasan Aset tak kunjung disahkan.
Seruan kepada Presiden
Ketua Forum Mahasiswa Pagar Nusa Lampung, Yoksa Adrinata, menegaskan bahwa penyelesaian masalah tidak cukup dengan pengerahan aparat.
“Pak Presiden Prabowo Subianto, jangan hanya kirim aparat. Kirim keadilan, kirim reformasi, kirim kepemimpinan sejati. Turunlah ke rakyat bukan sebagai panglima, tapi sebagai pelayan bangsa,” tegas Yoksa.
Menurutnya, jika akar persoalan tidak segera diselesaikan, potensi ledakan sosial bisa semakin besar. “Api itu tidak datang dari luar, tapi lahir dari dalam tubuh bangsa sendiri,” pungkasnya.