Generasi Muda Harus Sadar! PMII Angkat Isu Buzzer dan Perang Informasi Digital

Generasi Muda Harus Sadar! PMII Angkat Isu Buzzer dan Perang Informasi Digital

Rabu, 18 Juni 2025, 11:49

 

Lampung Terdepan - Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tulang Bawang menggelar Seminar Kebangsaan pada Selasa (17/6/2025), bertempat di Pondok Pesantren Darul Islah, Kampung Purwajaya, Kecamatan Banjar Margo.

Acara ini mengangkat tema “Peran Buzzer dalam Proxy War di Indonesia: Strategi dan Cara Menghadapinya” yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran generasi muda—khususnya mahasiswa—terhadap ancaman perang informasi yang semakin intens di era digital.

Ketua Cabang PMII Tulang Bawang, Kurnia Akbar Prasetia, menekankan pentingnya penguatan literasi digital di kalangan pemuda. Ia mengingatkan agar generasi muda tidak mudah terprovokasi oleh arus informasi yang tidak jelas dan cenderung menyesatkan.

"Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen kami dalam menjaga ruang publik agar tetap edukatif, damai, dan sehat," ujar Kurnia.

Menurutnya, mahasiswa tidak boleh hanya menjadi penonton dalam dinamika arus informasi digital, melainkan harus tampil sebagai pelaku yang sadar dan kritis. “Kita perlu membekali diri agar mampu melindungi lingkungan sekitar dari penyebaran hoaks dan provokasi yang bisa memecah persatuan bangsa,” jelasnya.

Seminar ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain Majelis Pembina Cabang PMII, Ketua Cabang Kopri, serta ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, pelajar, dan organisasi kepemudaan.

Dalam sesi pemaparan, Juhardi dari Dinas Kominfo Tulang Bawang menjelaskan bagaimana buzzer memengaruhi opini publik di media sosial dan mengancam keutuhan bangsa melalui pola komunikasi yang halus namun destruktif. Ia menyebutkan bahwa proxy war dinilai lebih efektif dibanding metode konflik konvensional karena tidak memerlukan kekuatan militer besar.

Juhardi juga menyoroti pentingnya ketahanan nasional berbasis budaya, sumber daya alam, dan penguatan karakter bangsa sebagai langkah pencegahan.

Sementara itu, Kepala Seksi Intelijen Kejari Tulang Bawang, Rachmat Djati Waluya, mengulas aspek hukum terkait aktivitas buzzer, terutama dalam konteks penegakan UU ITE. Ia menjelaskan bahwa buzzer kerap digunakan untuk menyebarkan propaganda atau membentuk citra tertentu di ruang digital, baik dengan motif ideologis maupun ekonomi.

Mayor Inf. Arif Affuan dari Kodim 0426/TB menambahkan perspektif militer tentang proxy war, termasuk klasifikasi buzzer menjadi dua jenis: organik dan bayaran. Buzzer organik bertindak secara sukarela berdasarkan ideologi atau loyalitas, sementara buzzer bayaran bekerja secara sistematis dengan imbalan finansial dan sering kali menjalankan skenario komunikasi yang telah disusun.

“Perbedaan keduanya terlihat dari pola penyebaran pesan dan tujuan akhirnya. Buzzer bayaran cenderung terlibat dalam penyebaran konten manipulatif yang terstruktur,” terang Arif.

Seminar ini diharapkan mampu memperkuat pemahaman peserta dalam menghadapi tantangan informasi di era digital, sekaligus mendorong mereka untuk lebih bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial.

TerPopuler