Lampungterdepan.com, Lampung Barat – Kawanan gajah liar kembali meneror warga di Pemangku (Dusun) Talang Sidang, Pekon (Desa) Roworejo, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, pada Kamis (14/11/2024) malam. Sebanyak 18 ekor gajah liar dilaporkan merusak 20 rumah warga, dengan lima di antaranya mengalami kerusakan parah. Tidak hanya rumah, satu unit mobil Daihatsu Xenia berwarna merah maroon dengan nomor polisi BE 1716 AMY juga rusak parah akibat serangan tersebut.
Sugeng menjelaskan bahwa pihaknya bersama masyarakat setempat saat ini tengah berupaya menggiring kawanan gajah kembali ke habitatnya di dalam hutan. "Satgas Lembah Suoh sudah melaksanakan penghadangan dan penghalauan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut," katanya.
Kendati demikian, upaya pemantauan kawanan gajah terkendala karena GPS Collar yang dipasang pada hewan-hewan tersebut tidak aktif. "Kemungkinan GPS terhalang lumpur, sehingga sinyalnya tidak terpantau. Hal ini membuat kawanan gajah tak terdeteksi saat mendekati pemukiman," ungkap Sugeng.
Meski kerusakan materiil cukup besar, Sugeng memastikan tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Namun, ketakutan dan kepanikan melanda warga setempat, yang sebagian besar memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman. "Saat ini, fokus kami adalah memastikan keselamatan warga sambil meminimalkan kerusakan lebih lanjut," tambah Sugeng.
Kecamatan Suoh dan wilayah perbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dikenal sebagai kawasan yang rawan konflik antara satwa liar dan manusia. Kawanan gajah sering memasuki pemukiman warga akibat berkurangnya habitat alami mereka.
Seorang warga, Desi, menyampaikan keresahannya atas kejadian ini. "Kalau bukan harimau, ya gajah. Kali ini belasan gajah mengacak-acak rumah kami. Kapan konflik seperti ini berakhir?" tuturnya.
Pihak berwenang dan masyarakat berharap kejadian serupa dapat diminimalisasi dengan pengelolaan habitat satwa liar yang lebih baik. Selain itu, pemantauan teknologi seperti GPS Collar perlu ditingkatkan agar deteksi kawanan gajah dapat dilakukan secara efektif.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa keseimbangan antara kebutuhan manusia dan konservasi satwa liar harus terus diupayakan demi mencegah konflik yang merugikan kedua belah pihak.